Apresiasi Sastra : Kegiatan penghargaan terhadap
karya satra yang didasarkan atas pemahaman.
Unsur Apresiaisi : 1. Asperk Kognitif ( Aspek yang
berkaitan dengan keterlibatan intelek pembaca dalam upaya memahami unsur-unsur
kesastraan yang bersifat objektif.) 2. Aspek Emotif (Aspek yang berkaitan
dengan keterlibatan pembaca dalam upaya menghayati unsure-unsur keindahan dalam
teks sastra yang dibaca menjadi makna subjektif.) 3. Aspek Evaluatif (Aspek
yang berhubungan dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap baik buruk,indah
tak indah, sesuai tak sesuai serta jumlah ragam penilaian yang tidak harus
hadir dalam sebuah karya kritik.
Unsur Intrinsik karya sastra : Tema, Plot/alur,
Tokoh, Watak Tokoh, latar/ setting.
Jenis Apresiatif : 1. Sikap Apresiasi yang bersifat Kinetik (
sikap memberikan minat pada sebuah karya sastra lalu berlanjut pada keserlusan
untuk melakukan langkah-langkah apresiatif secara aktif.) 2. Apresiasi bersifat
verbal ( Pemberian penafsiran, penilaian, dan penghargaan yang berbentuk penjelasan,
tanggapan, komentar, kritik dan saran serta pujian baik secara lisan maupun
tulisan.
Prosa : Karya sastra yang disusun dalam bentuk cerita secara
bebas, tidak terikat oleh rima,irama dan kemerduan bunyi seperti puisi. Prosa
Fiksi : prosa yang berisi cerita khayalan pengarangnya. Jenis prosa fiksi : 1.
Cerpen ( cerita rekaan yang pendek yang berisi pengisahan dengan focus pada
satu konflik saja dengan tokoh yang terbatas dan tidak berkembang.) 2. Novel
(Karya Imajinatif yg menghasilkan sisi utuh atas problematika kehidupan
seseorang atau beberapa tokoh.) 3. Dongeng ( Cerita rekaan yang banyak diwarnai
peristiwa yang tidak masuk akal atau tidak mungkin terjadi.)
Unsur Intrinsik : 1. Tema (inti atau ide dasar dalam
pengembangan sebuah cerita.) 2. Alur (Jalan Cerita.) Tahapan Alur : a.
Pengenalan situasi cerita. B. Pengungkapan Masalah. C. Menuju Konflik. D.
Ketengangan konflik. E. Penyelesaian. 3. Penokohan ( Cara pengarang
menggambarkan dan mengembangkan karakter pada tokoh dalam cerita.) Teknik Penokohan
: A. Teknik Analitik : Karakter tokoh diceritakan langsung oleh pengarang. B.
Teknik Dramatik : karakter tokoh dikemukakan melalui Penggambaran fisik,
perilaku, lingkungan kehidupan, tata kebahasaan, jalan pikiran dan tokoh lain.
4. Latar ( Gambaran tentang waktu, tempat dan suasana yang digunakan dalam
suatu cerita.) 5. Amanat ( Pesan moral yang disampaikan oleh pengarang melalui
cerita yang dikarangnya.) 6. Sudut Pandang ( Posisi pengarang dalam cerita.) 7.
Gaya Bahasa ( Cara mengungkapakan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis.
Prosa Nonfiksi : Karangan yang tidak berdasarkan rekaan
pengarang. Contoh: 1. Artikel (Karangan yang berisi uraian pemaparan ) 2. Tajuk
rencana ( Karangan yang bersifat argumentative yang ditulis oleh redaktur media
massa mengenai hal-hal yang factual dan actual.) 3. Opini ( Tulisan berisi
pendapat, pendirian seseorang tentang sesuatu.) 4. Feature (sejenis artikel
eksposisi yang memberikan tekanan aspek tertentu yang dianggap menarik.) 5.
Biografi ( Kisah kehidupan seorang tokoh yang ditulis oleh orang lain.)
Makna Denotasi : makna yang sebenarnya yang sama dengan
makna lugas untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat factual. Contoh : Mas
Parto membeli susu sapi, Dokter bedah itu sering berpartisipasi dalam sunatan
missal.
Makna Konotasi : makna yang bukan sebenarnya yang umumnya
bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.
Contoh : Para petugas merazia kupu-kupu malam tadi malam, Bu Marcela sangat
sedih karena terjerat utang lintah darat.
Idom : gabungan kata yang membentuk arti baru yang tidak
berhubungan dengan kata pembentuk dasarnya. Contoh : cuci mata (cari hiburan
dengan melihat yang indah), Kambing Hitam ( orang yang menjadi pelimpahan suatu
kesalahan yang tidak dilakukannya).
Peribahasa: Suatu kiasan bahasa yang berupa kalimat atau
kelompok kata yang bersifat padat,ringkas dan berisis tentang norma, nilai,
nasihat, perbandingan, perumpamaan, prinsipa dan tingkah laku. COntoh : Dimana
bumi dipijak disana langit dijunjung. Tidak ada rotan akar pun jadi.
Majas : Pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam
tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu.
Proposal : Suatu usulan kegiatan yang diterangkan dalam bentuk rancangan
kerja secara terperinci dan sistemtis yang akan dilaksanankan.
Sistematika Proposal Formal : A. Bagian pelengkap pendahuluan ( sampul,
prakata, ikhtisar, daftar isi, penegasan permohonan). B. Isi Proposal ( latar
belakang maslah, ruang lingkup masalah, pembatasan maslah, asumsi dasar,
metodologi, fasilitas, personalia, keuntungan dan kerugian, waktu dan biaya).
C. Bagian penutup ( Daftar pustaka, lampiran-lampiran, daftar gambar)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan Proposal :
1.
Hendaknya menggunakan bahasa yang jelas dan tepat
dengan gaya bahasa yang tepat dan lugas
2.
Kejelasan dan ketepatan isi diwujudkan dengan
menggunakan kata/istilah yang jelas dan tepat
3.
Paragraf yang kohesif dan koheran
4.
Kalimat yang efektif dan tidak berbelit-belit
serta ambigu
5.
Mengungkapan alsan dan tujuan yang logis
Unsur dalam penulisan Proposal
1.
Nama kegiatan (judul)
2.
Latar belakang
3.
Maksud dan tujuan
4.
Sasaran/ruang lingkup
5.
Waktu dan tempat kegiatan
6.
Panitia
7.
Program/jadwal kegiatan
8.
Anggaran biaya
9.
Penutup
Jenis Surat : Surat pribadi, surat resmi,
surat niaga. Surat Pribadi : Surat yang berisi hubungan pribadi antara
seseorang dengan orang lain. Kop surat : Kepala surat yang berisi nama dan
alamat instansi pengirim surat. Kegunaan surat undangan : untuk memanggil
seseorang/ untuk mengharap supaya seseorang dating. Surat Lamaran : surat yang
dibuat oleh seseorang untuk mendapat pekerjaan. Bentuk surat : full block
style, block style, indented style, semi block style, official style, hanging
paragraph.
Ciri surat Pribadi : tidak menggunakan kop
surat, tidak menggunakan nomor surat, salam pembuka dan penutup bervariasi,
penggunaan bahsa bebas, format surat bebas.
A. Majas Perbandingan
Majas perbandingan terdiri dari 4 jenis, yaitu:
1. Majas Perumpamaan
Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berkaitan dan yang sengaja dianggap sama.
Contoh:
- Bak mencari kutu dalam ijuk. (Melakukan sesuatu yang mustahil)
- Bagai kambing dihalau ke air. (Hal orang yang enggan disuruh atau diajak mengerjakan sesuatu)
- Semanis madu.
- Sedalam laut.
- Secantik bidadari.
- Sesegar udara pagi.
Perumpamaan secara eksplisit dinyatakan dengan kata seperti, bak, bagai, ibarat, penaka, sepantun, laksana, umpama.
2. Metafora
Metafora adalah perbandingan yang
implisit. Jadi, tanpa kata pembanding di antara dua hal yang berbeda.
Dengan kata lain, metafora yaitu majas yang berupa kiasan persamaan antara benda yang diganti namanya dengan benda yang menggantinya.
Contoh:
- Kapan Anda bertemu dengan lintah darat itu?
- Siti Mutmainah adalah kembang desa di sini.
- Kelaparan masih tetap menghantui rakyat Etiopia.
- Nina tangkai hati ibu.
3. Personifikasi
Personifikasi adalah majas perbandingan yang menuliskan benda-benda mati menjadi seolah-olah hidup, dapat berbuat, atau bergerak.
Contoh:
- Peluru mengoyak-ngoyak dada musuh.
- Banjir besar telah menelan seluruh harta penduduk.
- Matahari mulai merangkak ke atas.
- Kabut tebal menyelimuti desa kami.
4. Alegori
Alegori pada umumnya menganding sifat-sifat moral manusia.
Contoh:
- Mendayung bahtera rumah tangga. (Perbandingan yang utuh bagi seseorang dalam rumah tangga)
B. Majas Pertentangan
Majas pertentangan terbagi menjadi 7 macam, yaitu:
- Hiperbola
- Litotes
- Ironi
- Antonomasia
- Oksimoron
- Paradoks
- Kontradiksio
1. Hiperbola
Hiperbola adalah majas yang menyatakan sesuatu dengan berlebih-lebihan.
Contoh:
- Keringatnya menganak sungai.
- Suaranya menggelegar membelah angkasa.
2. Litotes
Litotes adalah majas yang menyatakan kebalikan daripada hiperbola, yaitu menyatakan sesuatu dengan memperkecil atau memperhalus keadaan. Majas litotes disebut juga hiperbola negatif.
Contoh:
- Tapi, maaf kami tak dapat menyediakan apa-apa. Sekadar air untuk membasahi tenggorokan saja yang ada.
- Tentu saja karangan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran akan saya terima dengan senang hati.
3. Ironi
Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang berlawanan atau bertentangan, dengan maksud menyindir. Ironi disebut juga majas sindiran.
Contoh:
- Bagus benar ucapanmu itu, sehingga menyakitkan hati.
- Kau memang pandai, mengerjakan soal itu tak satupun ada yang betul.
4. Antonomasia
Antonomasia adalah penyebutan terhadap seseorang berdasarkan ciri khusus yang dimilikinya.
Contoh:
- Sssssttt, lihat! Si cerewet datang. Kalian tidak perlu bertanya.
- Macam-macam! Biar si gendut saja nanti yang menghadapinya.
- Kemarin saya lihat si Kacamata hitam keluar bersama-sama dengan si Kribo. Benar tidak?
5. Oksimoron
Oksimoron adalah pengungkapan yang mengandung pendirian/pendapat terhadap sesuatu yang mengandung hal-hal yang bertentangan.
Contoh:
- Memang benar musyawarah itu merupakan wadah untuk mencari kesepakatan. Namun tidak jarang menjadi wadah pertentangan para pesertanya.
- Siaran radio dapat dipakai untuk sarana persatuan dan kesatuan, tetapi dapat juga sebagai alat untuk memecah belah suatu kelompok masyarakat atau bangsa.
- Olahraga mendaki bukit memang menarik, tetapi juga sangat berbahaya.
6. Paradoks
Paradoks adalah pengungkapan terhadap suatu kenyataan yang seolah-olah bertentangan, tetapi mengandung kebenaran.
Contoh:
- Memang hidupnya mewah, mempunyai mobil, rumahnya besar, tetapi mereka tidak berbahagia. Tidak tahu mengapa, mungkin karena belum mempunyai anak.
- Walaupun ia tinggal di kota besar, kota metropolitan, hiburan ada di mana-mana, ia bercerita padaku katanya kesepian.
7. Kontradiksio
Kontradiksio adalah pengungkapan yang memperlihatkan pertentangan dengan yang sudah dikatakan lebih dulu sebagai pengecualian.
Contoh:
- Sebenarnya semua saudaranya, yang dulu-dulu pandai, hanya dia sendiri yang bodoh. Mungkin saja karena malasnya.
- Malam itu gelap gulita, tanpa kerlip kunang-kunang yang sebentar tampak dan sebentar hilang.
C. Majas Pertautan
Majas pertautan dibedakan menjadi:
- Metonimia
- Sinekdok, terdiri atas:
- Pars pro toto
- Totem pro parte
- Alusio
- Eufemisme
1. Metonimia
Metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang atau hal, sesuai penggantinya.
Contoh:
- Ayah suka mengisap gudang garam. (Maksudnya rokok)
- Si Jangkung dipakai sebagai sebagai pengganti orang yang mempunyai ciri jangkung.
2. Sinekdok
Sinekdok adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhan atau sebaliknya.
Contoh:
- Sudah seminggu ini Iwan tidak tampak batang hidungnya. (Padahal yang dimaksud bukan hanya batang hidung)
- Indonesia berhasil memboyong kembali piala Thomas. (Padahal yang berhasil hanya satu regu bulu tangkis)
- Pars pro toto adalah penyebutan sebagian untuk maksud keseluruhan. Contoh:
- Jauh-jauh telah kelihatan berpuluh-puluh layar di sekitar pelabuhan itu.
- Selama ini kemana saja kau? Sudah lama tak nampak batang hidungmu. Nenek selalu menanyakan kau.
- Ia harus bekerja keras sejak pagi hingga sore karena banyak mulut yang harus disuapi.
- Kita akan mengadakan selamatan sebagai rasa syukur karena kita naik kelas semua. Untuk itu biaya kita tanggung bersama tiap kepala dikenakan iuran sebesar Rp 1.500,00
- Totem pro parte adalah majas penyebutan keseluruhan untuk maksud sebagian saja. Contoh:
- Dalam musim kompetisi yang lalu, kita belum apa-apa. Tetapi dalam tahun ini, sekolah kita harus tampil sebagai juara satu.
- Dalam pertandingan musim lalu, Indonesia dapat meraih medali emas.
3. Alusio
Alusio adalah majas yang
menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau hal dengan
menggunakan peribahasa yang sudah umum ataupun mempergunakan sampiran
pantun yang isinya sudah dimaklumi. Majas ini disebut juga majas
kilatan.
Contoh:
- Menggantang asap saja kerjamu sejak tadi. (Membual/beromong-omong)
- Ah, kau ni memang tua-tua keladi. (Maksudnya makin tua makin menjadi)
4. Eufemisme
Eufemisme adalah majas kiasan
halus sebagai pengganti ungkapan yang terasa kasar dan tidak
menyenangkan. Eufemisme digunakan untuk menghindarkan diri dari sesuatu
yang dianggap tabu atau menggantikan kata lain dengan maksud bersopan
santun.
Contoh:
- Orang itu memang bertukar akal. (Pengganti gila)
- Kalau dalam hutan jangan menyebut-nyebut nenek. (Pengganti harimau)
- Pemerintah telah mengadakan penyesuaian harga BBM. (Pengganti menaikkan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar